Berita

PHEV menghasilkan lebih banyak CO2 menurut hasil studi

×

PHEV menghasilkan lebih banyak CO2 menurut hasil studi

Share this article


Jakarta (ANTARA) – Kendaraan hibrida jenis Plug-in Hybrid Vehicle (PHEV) yang dianggap sebagai jembatan transisi ideal menuju penggunaan kendaraan elektrifikasi menurut studi organisasi Transport & Environment (T&E) menghasilkan CO2 lebih banyak dari angka hasil pengujian resmi.

Pengujian yang dilakukan oleh organisasi itu terhadap 80 ribu mobil menunjukkan bahwa PHEV yang digunakan sehari-hari di Eropa menghasilkan CO2 hampir lima kali lebih banyak dari angka hasil uji resmi menurut siaran CarsCoops pada Senin.

T&E pada 2021 mencatat emisi CO2 nyata mobil PHEV sebesar 134 gram per km atau sekitar 3,5 kali lebih tinggi dari angka resmi 38 gram per km.

Dalam studi terbaru, perbedaan itu semakin mencolok. Produsen sekarang mengklaim emisi karbon PHEV rata-rata 28 gram per km, tetapi hasil pengujian menunjukkan angka yang jauh lebih besar, yaitu 139 gram per km.

Jadi, konsumen yang membeli PHEV karena janji emisi karbon dan biaya operasional yang lebih rendah kenyataannya mungkin membayar lebih banyak tagihan bahan bakar dan menghasilkan jejak karbon lebih besar.

Baca juga: China perbanyak mobil hibrida untuk hindari tarif tinggi Eropa

Menurut T&E, produsen mobil mungkin mengandalkan penghitungan emisi PHEV yang optimis dalam upaya untuk menghindari peluang menghadapi denda besar.

Para pembuat undang-undang telah menyadari situasi ini dari hasil studi sebelumnya, dan berusaha menerapkan aturan yang lebih ketat untuk mengurangi “faktor utilitas”, yakni waktu yang diperkirakan dihabiskan PHEV dalam mode elektrik saat menghitung angka emisi C02.

Berdasarkan aturan saat ini, PHEV dengan daya jangkau 60 km diharapkan dapat melaju dalam mode listrik lebih dari 80 persen waktu tempuh, walau angka itu turun menjadi 54 persen untuk tahun 2025/26 dan 34 persen untuk tahun 2027/28.

T&E menyampaikan bahwa masih akan ada kesenjangan 18 persen antara keluaran CO2 yang diklaim dan dicapai bahkan setelah menerapkan kerangka kerja tahun 27/28.

Baca juga: Ignasius Jonan sebut PHEV paling relevan untuk 25 tahun ke depan

Baca juga: China perketat syarat insentif, mulai 2026 jarak tempuh PHEV harus 100 km

Pewarta:
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *